Cerita rakyat Batu Puteri Menangis
Tersebutlah suatu
ketika di sebuah desa di Lampung,hidup seorang gadis cantik bernama
Putri bersama ibunya.Mereka tinggal di sebuah rumah yang sangat
sederhana.Ayah putri meninggal karena sakit. Oleh karena itu, ibunyalah
yang mencari nafkah untuk hidup mereka berdua.
Putri dan ibunya
memiliki sifat yang berbeda.Sang ibu adalah seorang yang sabar,rajin,dan
penuh kasih sayang .Sementara Putri sebaliknya. Ia pemalas ,kasar, dan
sering membentak-bentak ibunya.
“Bu, aku ingin peralatan kecantikan yang bagus dan lengkap. Aku ingin terlihat cantik,” pinta Putri suatu hari.
“Kamu tidak perlu berdandan karena kamu sudah cantik,anakku,” jawab ibunya.
Namun, Putri tidak mau tahu.Ia terus merengak dan merengek.Gadis yang
mulai beranjak dewasa itu tidak pernah menyadari kehidupan mereka yang
miskin.Selain sering meminta hal-hal yang di luar kemampuan ibunya,
kegiatan sehari-harinya hayalah berdandan.Setiap hari Ia hanya
menghabiskan waktu duduk di depan cermin.
Suatu hari kondisi iunya kurang baik. Namun karena tuntunan hidup, Ia harus tetap berdagang ke pasar.
“Temani Ibu ke pasar ya,Put? Sekali ini saja.Jika ibu tidak sakit, Ibu pasti akan pergi sendiri,” pints ibu pada Putri.
“Baiklah, tapi nanti setiba di pasar Putri langsung pulang,” jawab Putri ketus.
Akhirnya mereka berdua berangkat menuju ke pasar.Sepanjang perjalanan
Putri terus-menerus menggerutu dan berjalan dengan langkah cepat
meninggalkan ibunya. Sesampainya di pasar ibuya bertanya, ”Put,kenapa
tadi di jalan kamu berjalan sangat cepat dan terus menjauhi Ibu?”
“Oh, biar cepat sampai saja,Bu,” jawab Putri singkar.
“Kamu malu, ya berjalan dengan Ibu?” Selidik Ibunya.
“Kalau Ibu sudah tahu, kenapa ibu masih saja mengajak AkuJ?” Jawab Putri Ketus.
“Kalau begitu kamu pulang saja. Biar Ibu yang menjaga di sini.”
Hati Ibu Putri jelas terluka dengan sikap anak satu-satunya tersebut.
Ia hanya bisa berdoa agar anaknya berubah menjadi anak yang rajin dan
menhormati orang tua. Menjelang siang dagangannya telah habis. Teringat
janji kepada anaknya, ibu Putri segera bekemas. Ia pun segera pergi
membeli peralatan kecantikan pesanan Putri ke kota.
“Ini pesananmu, Put.” Ucap Ibu.
Putri segera membuka bungkusan tersebut. Namun setelah di buka, Ia menjadi marah.
“Mengapa peralatan kecantikannya seperti ini? Aku mau peralatan yang bagus dan mahal, seperti yang ada di kota,” bentak Putri.
“Ini juga bagus , Put. Lagipula Ibu tidak kuat jika harus pergi ke kota,” jawab Ibu dengan suara menahan tangis.
“Pokoknya aku tidak mau tahu. Ibu harus membelinya ke kota,” ujar Puttri setengah memerintah ibunya.
Sambil melangkahkan kaki keluar rumah, hati Ibu Putri menjerit dan
berdoa agar Tuhan YME memberikan pelajaran kepada anaknya. Setelah
Ibunya pergi, Putri segera duduk di depan cermin mencoba peralatan
kecantikan tersebut. Ia terus menerus mempercantik wajahnya. Namun,
tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh pada kakinya. Ketika melihat
kakinya ia pun menjerit.
“Ibuuuuuuuuuuuuuuuuu!” Ternyata kaki Putri
telah berubah menjadi batu. Ia menangis dan terus menerus memanggil
ibunya. Saat itu ia baru tersadar jika selama ini ia telah banyak
berbuat salah pada ibunya.Namun, seperti pepatah “ Penyelan di akhir
tidak ada gunanya”. Lama kelamaan tubuh Putri berubah menjadi batu.
Konon sampai sekarang batu itu masih berada di tempatnya. Batu itu di
sebut batu Puteri Menangis karena batu tersebut berbentuk seperti
seorang gadis yang sedang duduk dan kadang-kadang terlihat air mengalir
dari ujung matanya seperti air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar